Kasus Viral Bocah di Tangsel Dibully dan Dianiaya Teman Sendiri - UTS PSIKOLOGI KONSELING

 

UTS PSIKOLOGI KONSELING

 

Nama   : Trio Panji Yanuarsyah

NPM   : 17519083

Kelas   : 3PA25

 

Kasus Viral Bocah di Tangsel Dibully dan Dianiaya Teman Sendiri

Aksi bullying atau perundungan terhadap ABG berinisial J (16) di Tangerang Selatan, membuat publik geram. ABG J disundut rokok hingga kekerasan fisik yang dilakukan oleh teman seusianya.

Kasus ini kini diselidiki pihak kepolisian. Korban dituduh sebagai penyebab kekalahan tim dalam game online yang memicu para terduga pelaku melakukan perundungan terhadap J.

Sebelumnya diberitakan, Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan AKP Aldo Primananda Putra mengatakan kronologi awal kejadian saat korban bersama para terduga pelaku yang juga anak di bawah umur itu hendak begadang. Para terduga pelaku juga merupakan teman bermain di satu kawasan yang saling bertetangga.

"Saat begadang mereka bermain game online secara tim. Kemudian tim itu kalah yang diduga akibat kesalahan dari korban," ujar Aldo kepada wartawan, Kamis (19/5/2022).

Aldo mengungkapkan, akibat dari kekalahan tim ini, korban jadi pelampiasan teman-temannya. Tidak hanya disundut rokok, korban yang fobia terhadap pepaya juga ditakut-takuti dengan buah pepaya.

Potongan video lainnya memperlihatkan korban dan para terduga pelaku berada di sebuah ruangan. Narasi yang beredar menyebutkan, selain disundut rokok, korban juga ditempeli obeng panas.

Korban Disundut Rokok-Ditakuti Pepaya. Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan AKP Aldo Primananda Putra mengatakan korban mengalami sejumlah kekerasan fisik dari para terduga pelaku. Tak hanya lidahnya disundut rokok, korban yang fobia buah pepaya itu ditakut-takuti dengan pepaya.

"Korban disundut oleh rokok di lidahnya hingga mati untuk abu rokoknya di dalam lidah. Kemudian, korban juga yang diketahui fobia terhadap buah ditakut-takuti dengan buah pepaya yang ada di TKP juga," ujar Aldo kepada wartawan, Kamis (19/5/2022).

Korban Ditempeli Obeng Panas, AKP Aldo mengungkapkan kekerasan fisik lainnya yang diterima oleh korban. Korban yang merupakan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini ditempeli obeng panas oleh para terduga pelaku.

"Kemudian, korban juga ditempel dengan menggunakan obeng yang sudah dipanaskan oleh para pelaku anak ini," ucapnya.

Bullying Dipicu Game Online, Aldo mengungkapkan kronologi kejadian bullying itu ketika korban dengan para terduga pelaku bermain game online. Korban kemudian dituduh sebagai penyebab kekalahan tim sehingga 'dihukum' para terduga pelaku.

"Saat begadang mereka bermain game online secara tim. Kemudian tim itu kalah yang diduga akibat kesalahan dari korban," ujar Aldo kepada wartawan, Kamis (19/5/2022).

Aldo mengungkapkan, akibat dari kekalahan tim ini, korban jadi pelampiasan teman-temannya. Tidak hanya disundut rokok, korban yang fobia terhadap pepaya juga ditakut-takuti dengan buah pepaya.

Menurutnya, kondisi J saat ini masih mengalami trauma dan masih merasakan nyeri akibat luka yang terjadi di siku tangan kiri yang masih terlihat jelas. Ia menegaskan pihaknya akan melakukan pendampingan hingga persoalan ini selesai.

"Tupoksi P2TP2A salah satunya mendampingi korban untuk layanan hukum, konseling psikolog. Bagaimana nanti dalam proses hukumnya di kepolisian dan juga akan diberikan layanan konseling psikologi bagi korban dalam hal trauma yang dialami sampai selesai," jelasnya.

Penyebab terjadinya bullying dalam kasus tersebut

Bullying dipicu game online, kronologi kejadian bullying itu ketika korban dengan para terduga pelaku bermain game online. Korban kemudian dituduh sebagai penyebab kekalahan tim sehingga 'dihukum' para terduga pelaku.

"Saat begadang mereka bermain game online secara tim. Kemudian tim itu kalah yang diduga akibat kesalahan dari korban," ujar Aldo kepada wartawan, Kamis (19/5/2022).

Korban dituduh sebagai penyebab kekalahan tim dalam game online yang memicu para terduga pelaku melakukan perundungan terhadap J, akibat dari kekalahan tim ini, korban jadi pelampiasan teman-temannya. Tidak hanya disundut rokok, korban yang fobia terhadap pepaya juga ditakut-takuti dengan buah pepaya, dan korban juga ditempeli obeng panas.

Dampak yang terjadi akibat kasus tersebut bagi subjek, keluarga dan lingkungan.

         1.         Dampak bagi subjek

Subjek mengalami masalah mental, bisa memicu trauma, depresi, cemas, merasa takut akan bertemu temannya, menjadi pribadi yang pendiam dan kehilangan kepercayaan diri. Subjek masih merasakan nyeri akibat luka yang terjadi di siku tangan kiri yang masih terlihat jelas. Ia menegaskan pihaknya akan melakukan pendampingan hingga persoalan ini selesai. salah satunya mendampingi korban untuk layanan hukum, konseling psikolog. Bagaimana nanti dalam proses hukumnya di kepolisian dan juga akan diberikan layanan konseling psikologi bagi korban dalam hal trauma yang dialami sampai selesai.

         2.         Dampak bagi keluarga

a.       Orang tua sebagai pengawas

Peran orang tua dalam kasus bullying antara lain juga sebagai pengawas terhadap pergaulan anak. Pada zaman sekarang ini, pergaulan sudah tidak lagi aman seperti dulu. Banyak hal yang dapat merusak mental anak dalam pergaulan, antara lain perilaku bullying tersebut. Peran orang tua sebagai pengawas dalam pergaulan anak akan dapat membantu meminimalkan resiko – resiko yang mungkin saja terjadi akibat pengaruh buruk lingkungan pergaulan anak. Anda perlu mengetahui siapa saja yang bergaul dengan anak, bagaimana karakter teman – temannya, dan bagaimana sikap anak ketika sedang bermain dengan teman – temannya tersebut.

b.      Orang tua sebagai pengasuh yang kompeten

Orang tua dapat menjadi pihak yang meluruskan perilaku bullying atau justru mendukung dengan pola asuh yang mereka terapkan kepada anak di rumah.

c.       Orang tua sebagai pengamat

Anak yang mengalami bullying tentunya akan menunjukkan gejala yang jelas antara lain seperti menarik diri dan tampak murung. Anak yang menjadi pelaku adalah anak yang paling sulit dilihat perilakunya, bahkan mungkin saja tidak tampak adanya perbedaan. Pengabaian orang tua terhadap perilaku anak dapat menghasilkan anak yang senang membully, dan juga membuat orang tua tidak dapat melihat anak yang menjadi korban sampai situasinya memburuk.

d.      Orang tua sebagai pengendali

Peran orang tua dalam kasus bullying lainnya yaitu sebagai pengendali tingkah laku anak. Orang tua perlu mengetahui bagaimana sebenarnya sikap anak dalam pergaulan dengan teman – temannya yang lain. Sebab, ada kalanya anak yang tampak baik di rumah ternyata seorang anak yang suka membully di luar rumah, akibat tidak adanya kendali dan pengawasan dari orang tuanya sendiri. Begitu pula untuk mencegah anak menjadi korban, orang tua perlu dapat mengendalikan bagaimana cara anak menghadapi berbagai macam watak temannya dengan memberi pengajaran kepada anak. Perlunya sedikit mengetahui psikologi remaja penting untuk mengetahui cara mengatasi kenakalan remaja dan anak.

         3.         Dampak bagi lingkungan

Dapat dikatakan bahwa pada usia remaja, status sosial dalam lingkungan sering dipandang sebagai bahan empuk untuk melakukan bullying. Dimana seorang akan mencari status di lingkungan sosial dengan strata yang yang sama, sehingga apabila orang lain yang memiliki strata sosial yang di bawah dari kelompok mereka akan dipandang sebagai orang yang tidak mampu. Hal ini dikarenakan, status di dalam satu kelompok adalah salah satu gambaran diri yang penting. Gambaran ini memberikan kehormatan sendiri bagi individu atau anak di dalam peer kelompoknya. Lebih dari itu, gambaran ini mencerminkan kepentingan tersendiri bagi anak dalam melakukan sesuatu.

 

Teknik konseling yang cocok untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Konseling merupakan suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Proses konseling merujuk pada rangkaian perubahan yang terjadi pada konseli yang berinteraksi dengan seorang konselor selama jangka waktu tertentu (Winkel & Hastuti, 2013). Teknik konseling yang cocok dalam menyelesaikan kasus tersebut adalah teknik konseling direktif.

Gunarsa (2000) berpendapat bahwa konseling direktif adalah konselor mengambil peranan penting dan berusaha memberi pengarahan yang sesuai dengan penyelesaian masalahnya. Konselor menjadi pusat dalam proses penyelesaian masalah.

Konseling direktif, sering disebut dengan Trait Factor Counseling, dimana menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi. Konselor secara sadar mengadakan struktualisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli dan kebaikan konseli sendiri. Konseling ini menilai tinggi kemampuan manusia untuk berpikir rasional dan memandang masalah konseli sebagai masalah yang harus dipecahkan dengan menggunakan kemampuan itu (Winkel & Hastuti, 2013). Konseling dan psikoterapi memiliki tujuan untuk penyusunan kembali kepribadian, penemuan makna dalam hidup, penyembuhan gangguan emosional, penyesuaian terhadap masyarakat, pencapaian kebahagiaan dan kepuasan, pencapaian aktualisasi diri, peredaan kecemasan, serta penghapusan tingkah laku maladaptif dan belajar polapola tingkah laku adaptif (Corey, 2010).

Oleh karena itu konseling direktif cukup efektif dalam mengatasi perubahan perilaku akibat bullying.


Daftar Pustaka :

Corey, G. (2010). Teori Dan Praktek: Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT

            Refika Aditama.

Detiknews. 20 Mei 2022. “5 Fakta ABG Tangsel Di-bully hingga Disundut Rokok

Teman Sendiri”. https://news.detik.com/berita/d-6086195/5-fakta-abg-tangsel-di-bully-hingga-disundut-rokok-teman-sendiri, diakses pada 6 juni 2022 pukul 09.22.

Ma’arif, Khairul. 17 Mei 2022.”Viral Bocah di Tangsel Di-bully dan Dianiaya,

P2TP2A Turun Tangan”.https://news.detik.com/berita/d-6082405/viral-bocah-di-tangsel-di-bully-dan-dianiaya-p2tp2a-turun-tangan, diakses pada 6 juni 2022 pukul 09.30.

Ma’arif, Khairul.18 Mei 2022.  “Polisi Selidiki Viral ABG Disundut Rokok dan Di-

bully di Tangsel".https://news.detik.com/berita/d-6084001/polisi-selidiki-viral-abg-disundut-rokok-dan-di-bully-di-tangsel, diakses pada 6 juni 2022 pukul 09.37.

Gunarsa, S. D. (2000). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Winkel, W. S., & Hastuti, S. (2013). Bimbingan dan Konseling di Institusi

 Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. Yeo.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama