Misi Khalifah

 

Misi Khalifah


Novianto, S.Ag., MA.Hum


Anda khalifah. Saya khalifah. Semua orang khalifah. Khalifah berarti wakil Tuhan. Ini artinya kita semua sesungguhnya adalah wakil Tuhan di muka bumi. Inilah yang dikatakan Q.S. al-Baqarah [2]: 30-33, bahwa Allah s.w.t. menciptakan manusia untuk menjadi khalifah.

Berdasarkan ayat tadi, kini Anda telah mengetahui, bahwa sebagai Muslim Anda lahir ke dunia ini bukan tanpa maksud dan tujuan. Anda hadir ke dunia bukan buat sekedar tumbuh menjadi manusia dewasa, menikah, beranak pinak, menua, lalu mati. Anda hadir ke dunia karena ada misi mulia yang harus Anda emban. Itu sebabnya, Allah menunjuk Anda untuk menjadi wakil-Nya di muka bumi.

Sebagai khalifah, dalam perwujudannya seperti yang Anda lihat, peran setiap orang berbeda-beda. Ada yang menjadi presiden, gubernur, dosen, mahasiswa, tukang bakso, tukang sampah (petugas kebersihan), petugas penyedot tinja, ibu rumah tangga, ustadz dan sebagainya. Akan tetapi, meskipun perannya berbeda-beda, sebagai khalifah misinya semua sama. Misinya ialah sama seperti yang diemban Rasulullah Muhammad s.a.w.. Dengan kata lain, bahwa misi yang diemban Rasulullah tak berhenti hanya pada Rasulullah. Sebagai pengikutnya, Andalah yang melanjutkan misi itu, yaitu menjadi rahmat untuk seluruh alam1 dan menyempurnakan akhlaq yang mulia.2 Tentu saja dalam mengemban misi ini kelak Anda harus mempertanggungjawabkan dihadapan Allah.

Misi menjadi rahmat untuk seluruh alam, mengandung dua arah: terhadap manusia dan alam sekitar. Terhadap manusia, setidak-setidaknya, dalam misi ini mengharuskan Anda mampu hadir sebagai pribadi yang bisa ‘memberi rasa nyaman’ terhadap orang-orang dekat sekitar Anda, seperti keluarga, tetangga, teman kuliah, teman sekantor dan sebagainya. Kalau seorang khalifah yang berperan sebagai tukang baso, rasa aman yang bisa diberikan ketika tukang baso itu menjual baso dengan kualitas baik. Dengan begitu, orang-orang yang makan baso Anda bukan hanya mengenyangkan tapi juga tetap terjaga kesehatan mereka.

Sedangkan terhadap alam sekitar dalam pelaksanaan misi rahmatan lil ‘alamin, mengharuskan Anda merawat lingkungan agar tetap memberi manfaat pada banyak orang. Kalau Anda seorang pengusaha pertambangan misalnya, Anda tak hanya mengeksploitasi hasil pertambangan yang ada, tapi Anda juga berkewajiban memulihkan kembali alamnya kembali hijau dan asri sehingga berfungsi normal seperti semula.

Misi berikutnya menyempurnakan akhlaq (moral) manusia. Kalau pada masa awal Rasulullah mengemban misi ini, pengertian menyempurnakan akhlaq pada masa itu cukup jelas, yaitu menyempurnakan moralitas yang telah tumbuh di masyarakat pada masa itu dengan nilai dan  norma moral yang berasal dari Alquran dan Hadis. Selain itu, bagaimana akhlaq mulai itu diwujudkan, masyarakat Islam awal bisa melihat langsung seperti yang dicontohkan dalam prilaku kehidupan sehari-hari Rasulullah. Sedangkan pada masa sekarang persoalannya jauh lebih kompleks. Banyak masalah-masalah moral baru bermunculan, disebabkan perubahan zaman yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, baik pada masa nabi maupun pada masa sekarang semangatnya tetap sama, yaitu membangun akhlaq manusia berdasarkan kemurnian ajaran-ajaran Islam, sehingga terwujudnya sebuah tatanan sosial yang bermoral.       

Untuk bisa melaksanakan kedua misi itu tentu saja tidak mudah. Anda perlu menyadari sepenuhnya, bahwa pelaksanaan misi itu sebagai bentuk pengabdian (ibadah) kepada Allah,3 yang dilakukan dengan dasar tulus (ikhlas), sabar, penuh kesungguhan (mujahadah), syukur dan sikap berserah diri (tawaqal). Selain itu, pelaksanaan misi itu tidak dimaksudkan untuk membebani hidup Anda, melainkan dengan bersedia memikul tanggungjawab sebagai khalifah, melalui cara inilah Allah akan memberikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.4

_______

1Q.S. al-Anbiya [21]: 107.
2Sebuah Hadis yang diriwayatkan Bukhari menyatakan, “Innama buistu liutammima makarimal akhlaq, Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”
3Q.S. adh-Dhariat [51]: 56.
4Q.S. ar-Ra’d [13]: 29.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama